Kalikudi – Masyarakat adat Desa Kalikudi Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap melangsungkan ritual syawalan. Tradisi berjalan kaki puluhan kilometer menuju ke Cilacap, Kamis (15/6/2019). Ritual syawalan berlangsung selama tiga hari. Berangkat hari kamis dan pulang pada hari sabtu.

Sebelum melakukan ritual syawalan atau sering disebut dengan pudunan, warga Desa Kalikudi yang terbagi menjadi dua pasemuan, Pasemuan Lor dan Pasemua. Kidul, menyiapkan bahan-bahan pangan.

Selain itu juga menyiapkan beberapa alat pikulan untuk membawa bahan-bahan makanan seperti sayuran, minyak, kelapa, bumbu rempah, telur, ayam, dan sebagainyam. Hewan ternak seperti kambing pun dibawa. Mereka menyebutnya dandan.

Para pria membawa bambu dan membelahnya tipis-tipis untuk dibuat tali-temali. Tampak pula keranjang bambu, daun jati, pikulan, blastrang.

Tak kalah dari kaum pria, para perempuan, di bagian belakang Pasemuan, menyiapkan bahan-bahan mentah yang hendak dibawa dalam ritual Pudunan ke Daun Lumbung, Cilacap Selatan. Mereka beradu cepat dengan musim angin timur yang pagi-pagi sudah menggebubu dan menjatuhkan daun-daun kering musim kemarau.

Rabu, 12 Juni 2019, puluhan penganut Islam Kejawen menggelar prosesi Dandan menjelang ritual Pudunan ke Daun Lumbung, Cilacap dan Pekuncen, Jatilawang, Banyumas.

Pudunan adalah ritual tahunan untuk sowan dan ziarah ke Pasemuan Panembahan Daun Lumbung di Cilacap Selatan serta Pekuncen, Banyumas. Dalam ritual tersebut, pelaku adat akan berjalan kaki kurang lebih 20 kilometer ke Daun Lumbung.

Ketua Adat Tradisi Anak Putu (ATAP) Kalikudi, Nakam Wimbo Prawiro mengatakan dandan merupakan ritual penganut Islam Kejawenmempersiapkan bahan-bahan makanan mentah yang hendak dibawa dalam ritual pudunan ke Daun Lumbung maupun Pekuncen.

Dalam tradisi itu, masyarakat membuat alat pemikul menggunakan bambu. Beberapa bahan makanan yang dibawa di antaranya, beras, kelapa, cabai, ketela, dan sebagainya.

“Istilahnya, itu membuat alat untuk memikul. Sama, masyarakat adat itu mengantar bahan mentah ya, bahan slametan, ke Pasemuan, yang akan dibawa ke sana,” katanya.

Dimulai kira-kira pukul 05.00 WIB, persiapan akan selesai pada Rabu malam, ditutup dengan ritual selamatan dan musyawarah pemberangkatan peserta pudunan.

“Tempat mikulnya itu diatur. Persiapan, nanti malam, juga ya membahas ke arah besok. Terus paginya napak tilas ke Daun Lumbung maupun ke Pekuncen,” dia menjelaskan.

Nakam menerangkan, pudunan adalah tapak tilas silaturahmi yang dilakukan setelah masyarakat adat merayakan Lebaran Idul Fitri. Tradisi ini telah dilakukan ratusan tahun.

Penganut Kejawen Desa Kalikudi, Adipala berjalan kaki puluhan kilometer ke Daun Lumbung, Cilacap. Dalam ritual tahun ini, diperkirakan sebanyak 150 penganut kejawen dari Pasemuan Lor dan Pasemuan Kidul Kalikudi bakal mengikuti ritual pudunan.

Di Daun Lumbung, masyarakat adat bakal menggelar berbagai ritual Pudunan. Di antaranya, selamatan di Pasemuan dan ziarah atau bekten di Panembahan Daun Lumbung. Pada Sabtu, 15 Juni 2019, mereka baru bakal kembali ke Kalikudi.

Kiai Kunci masing-masing Pasemuan, lor, dan kidul, menerima mereka kembali di tempat ibadah para pelestari adat ini. Selanjutnya, mereka baru kembali ke rumah masing-masing.

Sumber: liputan6.com/regional/read/3988466/penganut-islam-kejawen-di-cilacap-menggelar-tradisi-pudunan