Berikut ini adalah sejarah Linux masuk Indonesia, saya tidak mengurangi maupun menambahkan kata-kata yang lain. Semua saya copy paste dari web di sana. Bisa lihat urlnya langsung di akhir artikel ini. Semoga bisa menjadi referensi saya dan pembaca yang lain. Terima kasih.

Pendahuluan

Versi pendek dari tulisan ini, terbit di Koran Tempo, 12 September 2003. Ini merupakan memo perintisan Linux di Indonesia berdasarkan ingatan/ memori/ pengalaman penulis saat bekerja di Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia (PUSILKOM UI). Tentu saja kurang akurat, namun diharapkan dapat memberikan gambaran keadaan Linux pada khususnya, Unix secara umum, dari era 1980-an hingga awal krisis moneter (krismon) tahun 1997.

Era Pra 1990an

Era 1980-an merupakan akhir dari zaman keemasan komputer mini — komputer yang tidak secanggih “main-frame”, namun setiap sistem terdiri dari bongkahan besar. Nama-nama besar pada zaman tersebut, seperti “DEC – Digital Equipment Corp.”, “DG — Data General”, “HP — Hewlett Packard”, “Honeywell — Bull”, “Prime”, dan beberapa nama lainnya. Setiap komputer mini ini, dijalankan dengan sistem operasi tersendiri. Setiap sistem operasi ini tidak cocok (kompatibel) dengan sistem operasi dari sistem lainnya. Sebuah program yang dikembangkan pada sistem tertentu, belum tentu dengan mudah dapat dijalankan pada sistem lainnya.

Masalah ini mulai teratasi dengan sebuah sistem operasi yang lagi naik daun, yaitu UNIXTM. Sistem UNIX ini dapat dijalankan pada berbagai jenis komputer. Selain beroperasi pada komputer mini, UNIX pun dapat dioperasikan pada sebuah generasi komputer “super mikro”, yang berbasis prosesor 32 bit seperti Motorola MC68000. Ya: pada waktu itu, Motorola belum terkenal sebagai produser Hand Phone!

Sistem berbasis UNIX pertama di Universitas Indonesia (1983) ialah komputer “Dual 83/20″ dengan sistem operasi UNIX versi 7, memori 1 Mbyte, serta disk (8”) dengan kapasitas 20 Mbytes. Sistem tersebut tentunya sangat “terbatas” dibandingkan komputer zaman sekarang. Namun, penelitian dengan memanfaatkan komputer tersebut, menghasilkan puluhan sarjana S1 UI. Tema penelitian S1 pada saat tersebut berkisar dalam bidang jaringan komputer, seperti pengembangan email (PESAN), alih berkas (MIKAS), porting UUCP, X.25, LAN ethernet, network printer server, dan lainnya. Komputer “Dual 83/20” ini, kemudian lebih dikenal dengan nama “INDOGTW” (Indonesian Gateway), karena pada akhir tahun 1980-an digunakan “dedicated email” server ke luar negeri. Sistem INDOGTW ini beroperasi non-stop 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

Fungsi riset sistem tersebut di atas, digantikan oleh komputer baru “INDOVAX”, yaitu DEC VAX-11/750 dengan sistem unix 4.X BSD dengan memori 2 Mbytes, serta disk 300 Mbytes. Pada waktu itu, sanga lazim menamakan satu-satunya VAX pada setiap institusi, dengan akhiran “VAX”. Contohnya: UCBVAX (Universitas Berkley), UNRVAX (Universitas Nevada Reno), DECVAX (DEC), ROSEVAX (Rosemount Inc), MCVAX (Amsterdam). Sistem ini pun kembali menghasilkan puluhan sarjana S1 UI untuk berbagai penelitian seperti rancangan VLSI, X.400, dan sejenisnya.

Untuk mewadahi para pengguna dan penggemar UNIX yang mulai berkembang ini, dibentuk sebuah Kelompok Pengguna Unix (Unix Users Group) yaitu INDONIX. Kelompok yang dimotori oleh bapak “Didik” Partono Rudiarto (kini pimpinan INIXINDO) ini melakukan pertemuan secara teratur setiap bulan. Setiap pertemuan ini akan diisi dengan ceramah kiat dan trik UNIX, serta sebuah diskusi/ tanya-jawab.

Komputer mini — yang UNIX mau pun yang bukan — dominan hingga pertengahan tahun 1980-an. Komputer Personal (PC) masih sangat terbatas, baik kemampuannya, mau pun populasinya. Bahkan hingga akhir 1980-an, PC masih dapat dikatakan merupakan benda “langka” dan “mewah”. Semenjak pertengahan 1980-an, muncul sistem komputer “super-mikro” berbasis prosesor Motorola MC68000 dan sistem operasi Unix. Sejalan dengan ini, juga muncul PC/AT berbasis prosesor Intel 80286 dan 80386 dengan sistem operasi XENIX/SCO UNIX.

Kehadiran prosesor Intel 80286 (lalu 80386) telah mendorong pengembangan sistem operasi dengan nama “XENIX”. Harga sistem yang relatif murah, berakibat kenaikan populasi sistem Unix yang cukup signifikan di Indonesia. Aplikasi yang populer untuk sistem ini ialah sistem basis data Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Pada awalnya, setiap sistem operasi Unix dilengkapi dengan kode sumber (source code). Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk negara non-US (terutama non Eropa) akibat regulasi ekspor US. Sebagai alternatif Prof. Andrew S. Tanenbaum dari VU (Belanda) mengedarkan sebuah sistem Operasi sederhana dengan nama “MINIX” (Mini Unix). Titik berat arah pengembangan MINIX ialah sesederhana mungkin agar dapat dipelajari dengan mudah dalam satu semester. Program Studi Ilmu Komputer Universitas Indonesia, tercatat pernah membeli source code MINIX dua kali, yaitu versi 1.2 (1987) dan versi 1.5 (1999).

Sebagai penunjang mata kuliah Sistem Operasi, telah hadir MINIX (Mini Unix) yang bahkan dapat dijalankan pada PC biasa tanpa HardDisk! Namun, MINIX memiliki dua keterbatasan bawaan. Pertama, dititik-beratkan agar mudah dipelajari untuk keperluan pendidikan. Akibatnya, dengan sengaja tidak dibuat canggih dan rumit. Kedua, (pada awalnya) MINIX harus dibeli dengan harga lebih dari USD 100 per paket. Harga ini tidak dapat dikatakan murah bahkan untuk ukuran kantong mahasiswa di luar negeri. Namun, MINIX telah digunakan di Program Studi Ilmu Komputer Universitas Indonesia FUSILKOM UI, FakUltas ILmu KOMputer UI) sebagai bagian dari kuliah sistem operasi menjelang akhir tahun 1990an.

Besar kemungkinan, siapa pun pengguna MINIX saat itu (termasuk penulis), pernah memiliki angan-angan untuk merancang sebuah kernel “idaman” pengganti MINIX yang dapat — “dioprek”, “dipercanggih”, dan “didistribusikan” — secara bebas. Tidak heran, Linus B. Torvalds mendapat sambutan hangat ketika tahun 1991 mengumumkan kehadiran sebuah kernel “idaman” melalui buletin USENET News “comp.os.minix”. Kernel ini kemudian lebih dikenal dengan nama Linux. Namun, Linux tidak langsung mendapatkan perhatian di UI.

Era 1990an

Belum jelas, siapa yang pertama kali membawa Linux ke Indonesia. Namun, yang pertama kali mengumumkan secara publik (melalui milis pau-mikro) ialah Paulus Suryono Adisoemarta dari Texas, USA, yang secara akrab dipanggil Bung Yono. Ketika 1992, bung Yono berkunjung ke Indonesia membawa distro SoftLanding System (SLS) dalam beberapa keping disket. Kernel Linux pada distro tersebut masih revisi 0.9X (alpha testing), dengan kemampuan dukungan jaringan yang sangat terbatas. Pada awal tahun 1990-an, kisaran harga sebuah ethernet board ialah USD 500; padahal dengan kinerja yang jauh dibawah board yang sekarang biasa berharga USD 5.-. Dengan harga semahal itu, dapat dimaklumi, jika masih jarang ada pengembang LINUX yang berkesempatan untuk mengembangkan driver ethernet.

Perioda 1992-1994 merupakan masa yang vakum. Secara sporadis, terdengar ada yang mendiskusikan “Linux”, namun terbatas pada uji coba. Kernel Linux 1.0 keluar pada tahun 1994. Salah satu distro yang masuk ke Indonesia pada tahun tersebut ialah Slackware (kernel 1.0.8). Distro tersebut cukup lengkap dan stabil sehingga merangsang tumbuhnya sebuah komunitas GNU/ Linux di lingkungan Universitas Indonesia. Pada umumnya, PC menggunakan prosesor 386 dan 486, dengan memori antara 4-8 Mbytes, dan hardisk 40 – 100 Mbyte. Biasanya hardisk tersebut dibuat “dual boot”, yaitu dapat dalam mode DOS atau pun Linux.

Slackware menjadi populer dikalangan para mahasiswa UI, karena pada waktu itu merupakan satu-satunya distribusi yang ada :-). Banyak hal-hal baru yang “dioprek”/ “setup”. Umpama: yang pertama kali men-setup X11R4 Linux di UI ialah Ivan S. Chandra (1994).

Tahun 1994 merupakan tahun penuh berkah. Tiga penyelenggara Internet sekali gus mulai beroperasi: IPTEKnet, INDOnet, dan RADnet. Pada tahun berikutnya (1995), telah tercatat beberapa institusi/ organisasi mulai mengoperasikan GNU/Linux sebagai “production system”, seperti BPPT (mimo.bppt.go.id), IndoInternet (kakitiga.indo.net.id), Sustainable Development Network (www.sdn.or.id dan sangam.sdn.or.id), dan Universitas Indonesia (haur.cs.ui.ac.id). Umpamanya, Sustainable Development Network Indonesia (sekarang diubah menjadi Sustainable Debian Network) menggunakan distribusi Slackware (kernel 1.0.9) pada mesin 486 33Mhz, 16 Mbyte RAM, 1 Gbyte disk. Namun sekarang, situs tersebut numpang webhost di IndoInternet.

Kehadiran internet di Indonesia merangsang tumbuhnya sebuah industri baru, yang dimotori oleh para enterpreneur muda. Mengingat GNU/ Linux merupakan salah satu pendukung dari Industri baru tersebut, tidak dapat disangkal bahwa ini merupakan faktor yang cukup menentukan perkembangan GNU/Linux di Indonesia. Selama perioda 1995-1997, GNU/Linux secara perlahan mulai menyebar ke seluruh pelosok Indonesia. Bahkan krismon 1997 pun tidak dapat menghentikan penyebaran ini.

Pada tahun 1996, pernah ada sebuah milis linux yang dapat dikatakan kurang begitu sukses. Anggota dari milis tersebut ialah:

Sl1zr@cc.usu- and1@indo.net- arwiya@indo.net- bjs@apoll.geologie- budi@cool.mb- chairilk@indo.net- harry@futaba.nagaokaut- herkusut@soziologie- ibrahim@indovax- idarmadi@indo.net- jimmyt@turtle- jonathan@bandung.wasantara- louis@Glue- mermaid+@CMU- mwiryana@netbox- rheza@indo.net- rosadi@indo.net- sentiono@cycor- trabas@indo.net- wibowo@hpsglsn- wiwit@bandung.wasantara- edybs@jakarta.wasantara- ssurya@elang- dhie@bandung.wasantara- tanu@m-net.arbornet- avinanta@gdarma- pink@cbn.net- louis@webindonesia-
Sebelum 1997, issuenya mungkin “Apa itu Linux?” Alhamdulillah, dewasa ini, yang terjadi malah sebaliknya: “Anda belum kenal Linux?????” Demikian sekilas perkembangan sistem UNIX sebelum 1997. Mudah-mudahan, ini akan memicu para pelaku IT lainnya untuk melengkapi hikayat ini, terutama pasca 1997.

PS: Sekarang mah… saya menggunakan distro bikinan sendiri: DeDe atau De2! Juga, turut mendukung DeAl atau Debian Alternatif.

Referensi:

[KMP000418A] Kompas Online. 2000. Semakin Seru Pertarungan di Ajang Sistem Operasi. Jakarta, April 18. [WAS: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0004/18/IPTEK/sema07.htm%5D.
<<>>
URL Terkait

Open Source Software — Keinginan Mulia dan Kenyataan Dilapangan
Router Sederhana
Linux Indonesia
<<>>
UICS-55 (1995)

CATATAN: Dokumen ini ditulis pada tahun 1995 yang lalu. Isinya mungkin sudah tidak akurat lagi.

UICS-55
Pengarang: R.M. Samik-Ibrahim (ibrahimogah.cs.ui.ac.id)
Organisasi: SARAK – PAU Ilmu Komputer
Menggantikan: –
Ref. Silang: –
Revisi:
Revisi 1.00: Aug 2,  1995: UICS-55
Revisi 0.02: Aug 1,  1995: update
Revisi 0.01: Apr 11, 1995: update
Revisi 0.00: Apr 05, 1995: start RMS


  • Linux *

Daftar Isi
A. Abstrak
B. Pendahuluan
C. Sejarah Linux
D. Distribusi dan Perangkat Keras
E. Contoh Penggunaan
F. Penutup
G. Pustaka

A. Abstrak

Linux[Jack94] merupakan sebuah ‘variasi’ sistem operasi Unix yang
berbasis prosesor mikro keluarga Intel 386 ke atas. Sistem ini
dikembangkan oleh Linus Torvalds dengan bantuan sebuah kelompok kerja
sukarelawan yang berinteraksi melalui Internet. Berkat penyebaran
melalui Internet pula, dewasa ini, diperkirakan ada hampir
8.000.000 pengguna Linux[Alve95]. Selain prosedur penginstalan yang
sangat sederhana, Linux dapat diperoleh secara cuma-cuma berdasarkan
aturan GNU ‘Public Licence’.

Sistem operasi Linux dapat digunakan untuk 1001 keperluan, seperti
X-Terminal, Personal Computing, File Server, LAN Router, Internet
Server, Mail Server, dan lain-lain. Pertanyaan seperti: “Dapatkah
Linux digunakan untuk … ?”, biasanya mudah dijawab dengan “Ya!”

Sistem operasi Linux ini selain cocok untuk pribadi, lingkungan
akademis, dapat juga digunakan di lingkungan suasta, seperti Software
Production House, penyelenggara training sistem operasi Unix, bagian
Litbang, dan lain-lain.

B. Pendahuluan

Era tahun 1980-an mencatat kemajuan luar biasa pesat dalam
pengembangan sistem komputer mikro. Pada awal tahun 1980-an, prosesor
mikro berukuran 8 bit mulai digunakan dalam komputer personal seperti
Apple ][, Commodore, TRS-80, dst. Prosesor 16 bit mulai banyak
digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an. Menjelang akhir tahun
1980-an, muncul prosesor Intel 486 yang memadukan prosesor 32 bit,
prosesor numerik, cache internal, dan unit manajemen memori.

Perkembangan di atas masih ditunjang oleh harga perangkat keras yang
turun secara konstan, peningkatan kapasitas memori RAM dan disk,
serta kemampuan grafis yang semakin halus.

Perangkat lunak penunjang pun mengalami perkembangan yang cepat,
namun tidak dapat mengejar perkembangan dari perangkat keras. Pada
dasarnya, PC/MS-DOS yang dewasa ini digunakan oleh jutaan PC, tidak
jauh berbeda dengan sistem operasi CPM yang dahulu dibuat untuk
komputer 8-bit.

Sistem operasi UNIX atau turunannya, pada tahun 1980-an, lebih banyak
dikembangkan dengan menggunakan prosesor keluarga Motorola MC68000.
Namun, tercatat juga beberapa sistem berdasarkan prosesor Intel
seperti SCO XENIX, Coherent, XINU, dan Minix.

Minix merupakan sistem operasi yang dikembangkan oleh Prof. Andy
Tanenbaum dari Free University, Belanda. Sistem Operasi ini dirancang
untuk keperluan akademis (pelajaran Sistem Operasi), dan cukup
dijalankan dari disket pada PC 8088 tanpa harddisk dengan memori
256 kbyte keatas. Karena ditujukan pada penggunaan di lingkungan
pendidikan, sistem ini dapat dibeli lengkap dengan ‘source code’-nya
secara sangat murah. Untuk lebih memahami cara bekerjanya
sistem operasi ini, dalam kuliah sistem operasi dianjurkan
untuk melakukan modifikasi pada Minix.

Berbeda dengan sistem operasi UNIX asli yang menggunakan konsep
rancangan tahun 1970-an, Minix dirancang dengan konsep modern tahun
1980-an. Perkembangan Minix menjadi agak tersendat karena alokasi
waktu dari kelompok perancang dan pengembang yang kurang memadai.
Selain itu, Minix itu agak sulit didapatkan, karena harus dibeli
— walau pun relatif murah — di toko buku.

Pada awal tahun 1991, Linus Benedict Torvalds
(torvalds@klaava.Helsinki.FI) mulai melakukan modifikasi pada sistem
berbasis Minix. Pada waktu itu, Linus menghadapi banyak kendala
teknis mau pun tidak teknis. Diperkirakan, hal itu mendorong Linus
untuk membuat kernel baru.

C. Sejarah Linux

Pada awal tahun 1992, Linus Benedict Torvalds memperkenalkan melalui
newsgroup “comp.os.minix” sebuah kernel baru yang diberi nama Linux.
Tulisan tersebut sempat menjadi polemik antara Linus dan Andy
Tanenbaum.

Secara garis besar, Andy menyayangkan dua hal pokok yaitu penggunaan
konsep sistem operasi tahun 1970-an (monolitik) dan orientasi pada
prosesor tertentu. Secara ‘ketus’ Linus menjawab bahwa unjuk-kerja
kernel menjadi jauh lebih cepat jika monolitik dan menggunakan
kode rakitan (assembler). Jangka waktu pengembangannya pun jauh
lebih cepat. Yang lebih penting ialah program-program yang sudah
ada, mudah di-port ke Linux.

Terlepas dari polemik yang sempat sengit tersebut, pengumuman awal
1992 tersebut berdampak seperti bola salju. Ratusan (mungkin
ribuan) orang yang ‘frustrasi’ dengan Minix dengan serta merta
mencoba kernel Linux tersebut. Secara gotong royong, saran
berdatangan, bugs dilaporkan/diperbaiki, program kesayangan diport,
dan lain-lain.  Sejak itu, setiap minggu muncul update baru dari
kernel Linux.

Diskusi mengenai Linux dilakukan pada newsgroup “comp.os.minix,” yang
kemudian dipindahkan ke newsgroup baru “comp.os.linux”. Newsgroup
“comp.os.linux” tersebut ternyata tidak dapat menampung animo luar
biasa dari penggemar Linux. Pada tahun 1993, 1842 orang memberikan
suara untuk melakukan pemecahan newsgroup tersebut. Jumlah suara
sebesar “1842” termasuk luar biasa untuk ukuran voting di lingkungan
netnews. Pada umumnya voting untuk membentuk sebuah newsgroup hanya
diikuti oleh 200 – 400 orang.

Pada pertengahan 1994, newsgroup “comp.os.linux.announce” diperkirakan
dibaca oleh 80.000 pembaca. Jumlah tersebut termasuk kelompok 40
besar dari seluruh newsgroup, dan urutan 11 untuk hirarki “comp..”
Dewasa ini, “comp.os.linux.
” merupakan yang paling popular dari
semua newsgroup “comp.os.*,” paling popular dari semua newsgroup
yang mendiskusikan yang berhubungan dengan PC, dan juga paling
popular dari semua group yang berhubungan dengan UNIX, setelah
“comp.unix.questions.”

Hingga kini, secara rata-rata, kernel Linux berubah setiap minggu.
Para pengguna non-eksperimental sama sekali tidak dianjurkan untuk
mengupdate kernel sesering itu, dan sebaiknya menunggu hingga
diumumkannya sebuah versi yang dianggap stabil. Versi stabil dari
kernel biasanya dikeluarkan sekitar 2 – 4 kali per tahun.

Sejak dikeluarkannya versi 1.0 pada bulan Maret 1994, Linux tidak lagi
dianggap sebagai produk beta test. Berikutnya, versi 1.0.9 (Juni 1994)
dapat dikatakan merupakan versi Linux yang stabil dan lengkap. Pada
versi 1.1.54 (November 1994), telah digunakan sistem “windows”
X11R6 distribusi XFree-86 versi 3.0.

Pada pertengahan April 1995, kernel Linux telah mencapai versi 1.2.4.
Besar kemungkinan, pada saat makalah ini dibaca, telah ada kernel
yang lebih mutakhir lagi.

Jumlah pengguna Linux dewasa ini sulit ditebak. Berdasarkan hasil
angket majalah ”iX” (1994) di Jerman, 29% responden angket (=1%
pembaca) menggunakan Linux. Ekstrapolasi dari angka tersebut dapat
menghasilkan sekitar 600.000 pengguna Linux. Jika diasumsikan,
bahwa 1 CDROM digunakan oleh 10 pengguna, penjualan CDROM Linux
sebesar 30.000 unit (1994) menghasilkan 300.000 pengguna.
Ekstrapolasi dari jumlah pembaca newsgroup “comp.os.linux.*”
menghasilkan angka 680.000 (1994). “Linux Journal” memiliki
sirkulasi 25.000 eksemplar. Dengan asumsi bahwa hanya 5 % pengguna
Linux membaca majalah ini, didapatkan angka 500.000 pengguna.
Berdasarkan angka-angka tersebut di atas, Harald Tveit Alvestrand
[Alve95] dari Norwegia memperkirakan bahwa pengguna Linux berkisar
antara 317.180 hingga 7.929.500 anggota.

Alvestrand[Alve95] secara sukarela menghimpun data mengenai pengguna
Linux. Hingga pertengahan April 1995, telah ada 16005 yang “melapor”
kepadanya, 6707 responden (42 %) diantaranya berasal dari Amerika
Serikat, dan 19 responden (0.1 %) berasal dari Indonesia. Dari para
responden didapatkan bahwa distribusi yang paling banyak digunakan
ialah “Slackware” (77.2%), yang didapatkan melalui Internet/FTP
(60 %). Mayoritas CPU yang digunakan ialah DX-2 486/66 MHz (32.4 %),
dan 486/33 MHz (23.8 %), ukuran disk rata-rata 600 Mbyte, memori
antara 8 Mbyte (42.1 %) dan 16 Mbyte (36.5 %). Setiap sistem secara
rata-rata memiliki 6 pengguna, namun mayoritas sistem (46.1 %) hanya
digunakan oleh 1 orang. Jumlah pengguna terbesar yang tercatat ialah
1000. 44.1 % dari total responden melaporkan menggunakan kartu
ethernet. walau pun 77% responden melaporkan hanya menggunakan Linux
di rumah.

D. Distribusi dan Perangkat Keras

D.1 Distribusi

Sistem operasi Linux bukan bersifat Public Domain melainkan free
software berdasarkan GNU General Public Licence. Linux dapat
diperoleh secara cuma-cuma, atau dapat dibeli dengan “penggantian
ongkos duplikasi”, dan boleh disebar-luaskan dengan syarat-syarat
tertentu diantaranya harus melampirkan source code yang asli atau
pun hasil modifikasinya.

Yang disebut dengan Linux sebetulnya hanya kernelnya saja. Dalam
keadaan terkompresi, kernel tersebut berukuran antara 200 – 600 kbyte.
Jika ditambah dengan source code menjadi berukuran 4 – 6 Mbyte.

Linux biasanya didapatkan dalam sebuah kemasan distribusi ukuran 5 –
300 Mbyte. Kemasan tersebut berisi utilitas standar berikut source
code-nya yang pada umumnya juga didapatkan pada sistem Unix lainnya.
Distribusi Linux yang terkenal, diantaranya: MCC, TAMU, Debian, SLS,
dan Slackware.

Sebagai ilustrasi, distribusi Slackware, dapat diperoleh melalui
server Walnut Creak yaitu
“ftp://ftp.cdcom.com/.5/linux/slackware,”
atau pun melalui CDROM dari sumber yang sama. Distribusi tersebut
dikemas dalam paket-paket dengan ukuran sekitar 1.4 Mbyte, sehingga
dapat dengan mudah diedarkan melalui disket ukuran 3.5”.
Berikut, daftar sebagian perangkat lunak yang datang dengan distribusi
Slackware:

  • GNU: binutils, bourne-again shell (IEEE Posix Shell), C/C++
    compiler and support files, cpio (backup and archiving
    utility), debugger, diffutils, emacs, fileutils, find, gawk,
    ghostscript, grep, gzip compression utilities, libg++, m4,
    mtools, patch, rcs (revision control system), sed, shared C
    libraries, shellutils, tar, textutil, dan troff.
  • utilitas lainnya: ar, as, as86, at, bison, common lisp
    interpreter, crond, elvis (vi), fdisk, file, flex (fast
    lexical analyzer generator), getty, gprof, ld86, libconvert,
    ls, make, man, minicom (program komunikasi seperti Telix),
    nm, perl, shar, splitvt, time, tput, unarj, objdump, ranlib,
    size, strace, strip, uucp (Taylor), yacc, dan zoo.
  • utilitas TCP/IP dan jaringan lainnya: bind, dig, dip (dialup
    IP), dnsquery, elm (user agent mailer), host, inn (nntp
    server), ppp, named, nslookup, nsquery, nstest, sendmail
    (deliver agent mailer), dan tin (netnews reader).
  • X11R6 distribus XFree-86 3.1.1, 100-dpi screen fonts, large
    fonts, ghostview, dan xman (manual).

D.2 Perangkat Keras

Sistem operasi Linux dapat berjalan di atas segala sistem perangkat
keras yang menggunakan prosesor Intel 386 dan penerusnya dengan
menggunakan bus ISA, EISA, VESA-LB, PCI, dan PCMCIA. Namun, Linux
kurang cocok untuk sistem berbasis MCA seperti keluarga PS/2.

Mayoritas sistem Linux dewasa ini menggunakan prosesor Intel 486
DX2/66 MHz. Walau pun dapat menggunakan prosesor Intel 386/SX 16 MHz,
prosesor sebaiknya Intel 486/33 MHz keatas. Waktu untuk mengkompail
ulang kernel, cukup sekitar 1 jam dengan prosesor 486/66 MHz. Proses
yang sama akan membutuhkan semalam penuh, jika menggunakan prosesor
386/SX 16 MHz dengan memori kecil.

Memori untuk sebuah sistem dengan X-window sebaiknya diatas 16 Mbyte.
Linux dilaporkan dapat berjalan dengan memori 4 Mbyte, bahkan 2
Mbyte, namun dengan memori kecil biasanya terjadi banyak swap antara
memori dan disk yang memperlambat respons dari sistem. Kenyamanan
minimum dapat diperoleh dengan sistem 8 Mbyte, namun sistem tersebut
sebaiknya tidak dibebani terlalu banyak proses.

Linux dapat menggunakan segala macam kontroler disk, termasuk jenis
ESDI, ST-506, MFM, RLL, dan kontroler 8 bit (XT). Namun, sangat
dianjurkan untuk menggunakan kontroler modern berbasis IDE atau SCSI.
Ukuran disk sebaiknya lebih dari 100 Mbyte. Sebagian dari disk akan
digunakan untuk partisi swap. Sebuah sistem standar yang lengkap
dapat berukuran sekitar 350 Mbyte. Disk dapat dibagi menjadi beberapa
partisi untuk sistem operasi lain seperti DOS, SCO-UNIX, OS/2, dan
lain-lain. Selain itu, Linux dapat menggunakan sistem berkas (file-
system) dari DOS. Dengan demikian, Linux dapat dicoba pada sebuah
sistem DOS dengan tidak melakukan perubahan partisi atau format
ulang dari sistem yang ada.

Linux dapat menggunakan segala macam kontroler video, sekurangnya
untuk mode text. Biasanya, tidak ditemukan masalah dalam mode VGA
standar 16 warna. Demikian juga, jarang ditemukan masalah dalam mode
SVGA standar, namun tidak dijamin 100 %. Untuk kontroler video yang
lainnya, sebaiknya membaca lembaran info Linux yang terakhir, sebelum
memutuskan untuk menggunakannya.

Linux dapat menggunakan berbagai macam kartu Ethernet, CDROM drive,
Sound Card, Serial Board, Tape drive, Printer, dan lain-lain.

E. Contoh Penggunaan

Dewasa ini, Linux digunakan secara meluas di lingkungan Fakultas
Ilmu Komputer (Fasilkom) dan Pusat Ilmu Komputer (Pusilkom)
Universitas Indonesia. Berikut beberapa contoh penggunaan sistem
tersebut.

E.1. X-terminal

Di lingkungan yang memiliki jumlah Workstation Unix non-PC yang
terbatas, sistem Linux dapat digunakan untuk pengganti X-terminal.
Sebuah X-terminal Linux direkomendasikan memiliki sekurangnya memori
8 Mbyte, monitor 15″ dengan resolusi 1024 kali 768, kartu ethernet
16 bit, dan disk 200 Mbyte. Disk biasanya dipartisi menjadi 3 bagian:
DOS, file system Linux, dan swap Linux. Dengan konfigurasi tersebut,
sistem dapat digunakan untuk aplikasi DOS dan Linux.

Contoh dari sistem di atas ialah simpul “pepaya.cs.ui.ac.id” yang
sehari-hari digunakan oleh penulis. Sistem ini menggunakan komputer
Laser VTech 486SX/25 MHz, monitor Tatung 14″ (1024 * 768), kontroler
SVGA ET4000 kompatibel, kartu Ethernet SMC (16 bit), 12 Mbyte memori,
512 Mbyte disk (380 Mbyte untuk Linux, 20 Mbyte untuk swap, dan
sisanya untuk DOS). Sistem operasi yang digunakan ialah Linux 1.2.1.

E.2. Server Jaringan

Linux dapat digunakan sebagai e-mail server, file server, firewall,
ftp server, name server, news server, NIS server, pop server, print
server, router, dan web server. Server tersebut di atas merupakan
fasilitas standar sistem Unix pada umumnya.

Mesin “news.cs.ui.ui.ac.id” (Depok) merupakan sekali gus berbagai
server yang tersebut di atas. E-mail dari dan tujuan UI Salemba
dikumpulkan terlebih dahulu di mesin ini. Sistem ini juga merupakan
secondary server untuk “ui.ac.id” menjadi FTP, Web, dan NNTP server
untuk JUITA (Jaringan Universitas Indonesia TerpAdu).

E.3. Server Staf

Idealnya, setiap simpul pada sebuah jaringan lokal memiliki koneksi
langsung ke Internet. Namun, hal ini mengandung risiko yang cukup
tinggi dalam bidang keamanan. Risiko dapat dikurangi, jika hanya
satu simpul yang diijinkan terkoneksi kedunia luar. Para pengguna
lokal harus login ke sistem tersebut terlebih dahulu sebelum dapat
berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, sistem tersentralisasi
lebih mudah dipelihara dari pada sistem yang terdistribusi.

Pada simpul yang dapat berhubungan dengan Internet tersebut, dapat
diatur pembatasan mengenai siapa yang boleh menggunakan, simpul mana
yang boleh dihubungi atau menghubungi, dan jenis layanan apa yang
boleh digunakan. Sistem pembatas ini merupakan fasilitas standar dari
Linux.

Di Fasilkom UI (Depok), terdapat simpul “staf.cs.ui.ac.id” yang
digunakan staf untuk berhubungan ke Internet. Jenis layanan pada
mesin tersebut diantaranya E-mail, FTP, Gopher, Mosaic, Netnews,
dan lain-lain. Sistem operasi yang digunakan ialah Linux 1.1.59.

E.4. Mesin Percobaan dan Akademis

Dimasa mendatang, Fasilkom UI akan memperbanyak penggunaan mesin
Linux. Selain ekonomis, sistem tersebut sangat efektif untuk
kebutuhan akademis. Bahasa pemerograman untuk pendidikan ialah
C, C++, dan Lisp, yang merupakan bahasa ‘standar’ Linux. Banyak
mata kuliah yang dapat menggunakan mesin Linux untuk praktikum
seperti “Basis Data”, “Sistem Operasi”, Kecerdasan Buatan”, “Jaringan
Komputer,” dan lain-lain. Selain untuk kuliah formal, sistem ini
juga dapat digunakan untuk pelatihan (training) hal-hal yang
berkaitan dengan Unix dan Jaringan Komputer.

Fasilkom UI mengalokasikan 2 buah mesin untuk uji-coba / eksperimental
yang bernama: “pegasus.netlab.cs.ui.ac.id” dan
“orion.netlab.cs.ui.ac.id.”  Diharapkan, hasil eksperimen tersebut,
sudah dapat diterapkan pada pada tahun ajaran 1995/1996 yang akan
datang.

E.5 Beberapa Kelemahan

Linux tidak cocok untuk sistem yang membutuhkan port multi-serial.
Hingga kini, belum ada yang mengembangkan driver untuk “inteligent
port.” Setiap port serial Linux harus memiliki IRQ yang terpisah.
Umumnya, Linux dapat menggunakan “COM1”, “COM2”, “COM3”, dan “COM4”.
Dengan demikian, biasanya hanya dapat dilayani sebanyak 4 kombinasi
PPP dan SLIP.

Linux tidak memiliki driver stavil untuk high speed serial seperti
V.35, T1, E1, dan seterusnya. Akibatnya, tidak dapat digunakan untuk
router berkinerja tinggi.

Dari sisi perangkat lunak, hingga kini belum ada yang mengembangkan
paket-paket yang “bersahabat” setara “Microsoft Office.” Hal ini
menyulitkan masyarakat awam untuk menggunakan Linux.

F. Penutup

Dalam waktu relatif singkat, Linux berhasil menjadi sistem operasi
yang sangat popular. Sistem secara terus menerus dikembangkan bersama,
berkas interaksi melalui Internet.

Linux tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan. Namun dengan
gotong-royong melalui Internet, suatu hari, hal ini akan teratasi.

Sebagai penutup, penulis mengajak semua fihak untuk berpatisipasi
aktif dalam pengembangan dan penyebaran-luasan Linux.

Kita bolah memulai dengan menjadi pengguna Linux yang baik. Namun
sebagai bangsa yang besar, tidak mustahil pada suatu saat Indonesia
menjadi salah satu sentra pengembangan Linux yang terkemuka.

G. Pustaka

[Jack94] Jackson, I., et. al., Linux Frequently Asked Questions with Answers
(FAQ), ditulis pada newsgroup comp.answers, 13 Juli 1994.

[Alve95] Alvestrand, H. T. , How to Estimate the Size of the Linux Community,
diambil dari ftp://aun.uninett.no/pub/misc/linux-counter, 16 April
1995.

Sumber;

rms46.vlsm.org/0/00-14.html